Skip to main content

Posts

Penyetaraan Ijazah Luar Negeri di DIKTI

Bagi teman-teman yang pulang sekolah di luar negeri dan akan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, mencari pekerjaan sebagai PNS, atau agar diakui gelarnya dalam karir (PNS) pasti wajib menyetarakan atas ijazah dan transkrip yang telah didapatkan. Berikut adalah pengalaman saya menyetarakan ijazah dan transkrip di DIKTI, semoga bermanfaat. Apa yang perlu dilakukan? Kita perlu mendaftarkan diri (sign up) terlebih dahulu di website dikti (link) dan mengisi formulir untuk mendapatkan nomor antrian.Pengalaman saya waktu itu beberapa kali mencoba mendaftar tapi sempat gagal selama dua hari. Namun pada hari ketiga akhirnya bisa. Sepertinya website sedang error. Apabila kita sudah mencoba mendaftar tetapi selalu gagal, maka bisa langsung datang saja dan minta didaftarkan disana atau langsung bertemu dengan verifikator. Datang ke DIKTI pada tanggal yang telah dijanjikan sewaktu mengisi pendaftaran online.Alamat DIKTI adalah sebagai berikut:  Gedung D, Jln. Raya Jend Sudirman Pintu...

Surat untuk Rose

Hujan sedari tadi tak jua kunjung berhenti. Tetesannya membasahi jalanan, melelehkan salju yang menutupi trotoar semenjak seminggu yang lalu. Hujan pertama di akhir musim dingin kali ini, menandai berakhirnya winter yang cukup membuatku beku. Dingin tahun ini hampir berlalu, namun tidak dengan dirimu yang tetap saja begitu. Sempat kuharapkan datangnya musim semi kan menghangatkan hatimu, hati kita, setelah sekian lama tak jua berada dalam titik temu. Hujan menemaniku, menuliskan curahan hati yang kuharap kan membuatmu mengerti. Kupandangi jendela, menembus awan gelap sana, dari apartemenku lantai dua puluh lima. Puluhan orang berlalu lalang di seberang jalan, hiruk pikuk kota metropolitan yang selalu membuatku termenung dalam angan. Aku hanya bisa merasakan sepinya batin, kosongnya harapan, dan kelamnya asa. Rose, sore ini begitu indah. Tidakkah kau ingin menghabiskan waktu denganku. Berbincang di kedai kopi tempat kita biasa berbagi. Membunuh waktu bersama, bercengkrama tentang...

Filosofi Daun Kelor

Tak kusangka aku bertemu kau seperti ini, di dunia baru yang tak pernah kuketahui, tak ada dalam bayang, di benakku terangan. Pertama kulihat dirimu, dari kejauhan sana nampaklah engkau bercahaya, berbeda dari kumpulan berjalan beriringan. Aku terdiam saat itu, kuhentikan kayuhan sepedaku diujung pertigaan jalan, menunggumu lewat didepanku. Tak kukedipkan kedua mataku, menikmati indahnya hasil karya Tuhan Sang Maha Indah. Wajahmu yang ramah, matamu yang kecil dan sayu, bibirmu yang tipis, dan pipimu yang merah dan merona, tak ayal telah membuatku amnesia sesaat lamanya. Lima puluh tiga detik kumemandangmu, lupalah sudah hendak kemana tadi tujuan sepedaku berarah. Engkau lewat begitu saja, tidak angkuh tak jua peduli padaku, sang pria bersepeda biru tua. Aku tau engkau sempat melirikkan kedua mata, meskipun hanya sekejap saja, namun jeli tatapanku yang sedari tadi tak lepas darimu mampu menangkapnya. Seketika itupun engkau memalingkan muka, entahlah mungkin semacam tak enak rasa. Kuh...