Matahari telah lewat dari sepenggalah yang lalu, setengah siang sudah berlalu, aku kembali melirik jam, hadiah ulang tahun dari istriku, pada pergelangan tangan kiri. Buru-buru kuambil sepeda kumbangku, kukayuh begitu kencang, menerjang angin yang berdebu. Siang ini matahari begitu terik, dan aku tak percaya kalau hanya satu matahari yang bersinar di atas sana. Jalanan di desa belum beraspal, kerikil dan batu menyulitkanku mengayuh. Sepanjang jalan aku bersiul dan bersenandung, mencoba mengalihkan perhatian dari panas yang membakar kulit kepala, topiku tertinggal di rumah. Biasanya di persimpangan kampung kutemui penjual es buah, aku berhenti sejenak, kuraba saku kiri belakangku, kutemukan delapan ribu rupiah. Ah, cukup untuk membeli 2 bungkus es pikirku, sisanya masih bisa untuk membeli sayur dan lauk tempe tahu hari ini. Kembali kukebut sepeda reyotku, sepeda biru tua merk phoenix ini adalah warisan satu-satunya dari ayahku dulu, warna birunya sudah jauh memudar, rantainya yang be...
"A page of thoughts."