Skip to main content

Posts

Melihat Jakarta dari Kota Tua

Kali ini saya berkesempatan untuk tinggal di Jakarta, ibukota negara kita tercinta yang juga merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia. Tinggal selama enam bulan mungkin belum cukup untuk menjelajahi setiap hal menarik yang ada di Jakarta, karena kota ini hampir memiliki semuanya. Dari hal yang paling remeh temeh sampai hal paling penting, semua ada disini, dari pedagang kaki lima, hingga perusahaan multinasional, dari suasana kampung Betawi sampai gedung-gedung skyscraper yang menjulang tinggi menghiasi langit ibukota, serta modernnya Kota Jakarta dibandingkan dengan kesahajaan Jakarta pada zamannya di Kota Tua. Saya bersama beberapa rekan scholars yang sedang memperdalam Bahasa Inggris di LBI UI Salemba untuk kepentingan studi tentu saja ingin sekali berkunjung ke tempat-tempat wisata disini, karena kami semua mayoritas berasal dari daerah-daerah di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Meskipun ini bukan kunjungan pertama kali, namun baru kali ini kami merasa punya bany...

Kisah Si Moci dan Itik Kecil

Pagi ini Moci sedang duduk diam menyendiri diatas pucuk pohon kapuk, ia belum menemukan kedua orang tuanya yang ditangkap pemburu, ia bersedih namun tetap tegar. Tiba-tiba ia melihat dibawah sana, nampak seekor itik kecil, ia berjalan terhuyung-huyung, menangis sesenggukan, air matanya mengalir deras tak henti. Wajahnya begitu muram, tak lagi memiliki semangat tersirat. Ia adalah itik buruk rupa nan bersahaja. Moci yang baik hatinya merasa kasihan, kemudian ia mengepakkan sayapnya dan turun menjumpainya. “Mengapa engkau menangis, ada apa sahabatku?” , tanya Moci. Sang itik kecil terkaget tiba-tiba ada seekor burung kenari kecil, berwarna kuning cemerlang berada dihadapannya. Ia terdiam, lalu mundur beberapa langkah. “Namaku Moci, mengapa engkau menangis, ceritakanlah padaku?” , Moci membujuknya. Sang itik tetap membisu, ia mengira Moci sama dengan burung dan binatang lain yang hendak mencemoohnya karena ia tidak memiliki paras yang cantik. “Kamu sepertinya lapar ya?” , kemudian Mo...

Angan dan Bukit bintang

Hello world, Seperti biasa, saya selalu menghabiskan sore saya di bukit bintang, tempat dimana saya bisa tenang berbicara dengan nurani dan hati kecil, tak ada tempat sebaik ini sehingga saya begitu nyaman berlama-lama setiap harinya. 300 meter Dibawah sana adalah kota harapan, kota milik seluruh warga yang mendambakan kebahagiaan dan kesejahteraan, indah sekali menikmatinya dari sini. Aku terbiasa berbaring dengan santai, di atas ilalang dan rumput yang hijau sepanjang musim, sambil mamandangi langit yang selalu biru, menentramkankan pikiran dan jiwa, cobalah. Menyenangkan sekali mereka-reka masa depan dari sini, membayangkan nantinya bakal menjadi apa, seperti apa, berbuat apa dimasa depan, dengan siapa saja kita melewati dan menghabiskan sisa hidup. Berada bersama ditengah anak-anak di panti asuhan , memberikan cerita, berbagi tawa dan kebahagiaan, serta berbagi ilmu dengan mereka adalah hal yang sangat menarik. Berbincang dengan salah satu atau dua diantaranya, berbagi kisah, ...