Angan dan Bukit bintang

Hello world, Seperti biasa, saya selalu menghabiskan sore saya di bukit bintang, tempat dimana saya bisa tenang berbicara dengan nurani dan hati kecil, tak ada tempat sebaik ini sehingga saya begitu nyaman berlama-lama setiap harinya. 300 meter Dibawah sana adalah kota harapan, kota milik seluruh warga yang mendambakan kebahagiaan dan kesejahteraan, indah sekali menikmatinya dari sini. Aku terbiasa berbaring dengan santai, di atas ilalang dan rumput yang hijau sepanjang musim, sambil mamandangi langit yang selalu biru, menentramkankan pikiran dan jiwa, cobalah. Menyenangkan sekali mereka-reka masa depan dari sini, membayangkan nantinya bakal menjadi apa, seperti apa, berbuat apa dimasa depan, dengan siapa saja kita melewati dan menghabiskan sisa hidup. Berada bersama ditengah anak-anak di panti asuhan, memberikan cerita, berbagi tawa dan kebahagiaan, serta berbagi ilmu dengan mereka adalah hal yang sangat menarik. Berbincang dengan salah satu atau dua diantaranya, berbagi kisah, lalu menuangkannya ke dalam sebuah lembaran demi lembaran cerita, membaginya kepada setiap anak-anak diluar sana yang biasa hidup dalam kondisi yang serba ada, berharap semoga hal ini bisa membuka wawasan dan pola pikir para ayah, para ibu, para pemuda, dan adik-adik yang lain yang belum mengetahui betapa pentingnya peran mereka terhadap adik-adik kita yang hidup dipanti dengan sejuta keterbatasan. Perbincangan terakhir saya dengan dua adik kita dip anti benar-benar membuat hati saya trenyuh*, betapa mereka adalah anak-anak Indonesia yang berhak atas kebahagiaan, pendidikan, dan kesejahteraan. Mereka begitu papa, bahkan kasih sayang dari kedua orang tua pun tidak pernah mereka dapatkan. Berada dalam lingkungan yang bukan keluarga, pengasuh yang tidak pasti baik, teman-teman yang tidak selalu saling menyayangi seringkali membuat mereka tertekan, sedih, dan tidak tahu harus mengadu ke siapa. Beberapa mungkin sedikit lebih beruntung karena berada dalam lingkungan panti yang baik, mendapatkan orang tua asuh yang peduli dan bertanggungjawab, sementara sebagian besar yang lain hidup dalam lingkungan panti yang terbatas, minus fasilitas dan pengasuh yang acuh tak acuh. Berbagi ilmu dengan adik-adik di sekolah dasar di pedalaman, menjadi tenaga pengajar di wilayah yang kurang tenaga pendidik, seperti yang telah dilakukan rekan-rekan kita di Indonesia Mengajar, lihatlah betapa berharganya ilmu yang telah kita dapatkan di bangku pendidikan tinggi di kota besar ketika kita mau membaginya dengan mereka yang belajar di sekolah yang hampir roboh, lantainya masih berupa tanah, dinding-dindingnya separuhnya adalah kayu papan, dan papan tulis yang berlubang. Ajarkanlah kepada adik-adik kita disana mengenai kebebasan, bukalah cakrawala mereka bahwa bumi begitu luas untuk dijelajah, bahwa langit tidak hanya berisi awan dan hujan, dan bahwa manusia tidak hanya ada yang seperti kita. Sedikit ilmu yang dibagiakan akan menentukan arah masa depan bangsa Indonesia di tangan mereka yang terpelajar. Membayangkan dapat menulis satu, dua, tiga, bahkan lebih cerita dan kisah, membagi buah pikiran kepada orang-orang, bercerita hal-hal yang mungkin tidak mereka alami namun sesungguhnya telah benar-benar terjadi diluar sana. Menyenangkan sekali ketika karya-karya tersebut menghiasi rak-rak buku dan pemikiran-pemikiran yang telah membacanya. Menempuh pendidikan setinggi-tinggi yang mampu digapai, sejauh-jauhnya tempat disana ilmunya bisa kita timba, pun begitu kita tau bahwa ilmu tidak hanya didapatkan dari bangku pendidikan formal, setiap langkah yang kita jejakkan akan membawa kita kepada ilmu-ilmu baru. Hidup bahagia bersama orang-orang yang mencintai sepenuh hati, di dalam rumah yang tidak terlampau kecil ataupun cukup besar, di lingkungan yang tenang, damai, dan saling menghargai, merasakan kehangatan keluarga, bercengkrama dan menciptakan karya-karya dari sana. Yah begitulah sedikit yang bisa saya angankan dari sini, bukit bintang. Mungkin saya belum bisa mewujudkan hal-hal tersebut, namun setidaknya saya akan! Bagaimana denganmu? :) Selamat pagi Indonesia, sepertinya saya bangun terlampau pagi dan tidak tau mau apa lagi di jam seperti sekarang. Kelaparan tengah malam membuat saya ternyata membuat saya tidak bisa tidur kembali, o_O dan laptop tercinta ini yang selalu menemani saya dalam kondisi-kondisi terjepit macam sekarang :) Tais, 05 Desember 2011 ; 02.35 – 04.44 WIB

No comments

Powered by Blogger.