Cara Lolos Wawancara LPDP
Halo, selamat datang di sini.
Siapa tahu internet membawa kamu
ke tulisan ini karena kamu sedang mempersiapkan wawancara LPDP atau beasiswa
lainnya. Benarkah demikian? Kalo iya, semoga tulisan di bawah ini bisa menjadi
bahan persiapan. Atau kalau kamu masih baru persiapan, ini juga bisa menjadi
bekal yang perlu dipersiapkan dari jauh-jauh hari.
Kalo mau mengetahui tips lulus
seleksi administrasi LPDP, bisa klik LINK ini.
Sementara untuk tips lulus
seleksi Tes Bakat Skolastik dan Situational
Judgment Test, bisa klik LINK ini.
Tips untuk persiapan awal banget beasiswa dapat dibaca pada LINK ini.
Tips wawancara untuk beasiswa S2 yang
pernah saya alami bisa dibaca pada LINK berikut ini.
Baiklah, berikut saya bagi pengalaman ujian wawancara LPDP untuk seleksi beasiswa doctoral luar negeri. Beberapa tips juga saya berikan, siapa tahu juga applicable untuk kamu juga. Berikut adalah tips saya mengenai cara lolos wawancara LPDP.
Ini adalah pengalaman pertama
saya mendaftar LPDP. Beasiswa ini sangat menarik untuk teman-teman yang akan
menempuh S3, karena beasiswa lain seperti Fulbright memberikan fasilitas yang
sangat terbatas (Tuition Fees dan Allowance hanya 3 tahun). Beruntung sekali
percobaan pertama seleksi LPDP akhirnya membawa ke tahap akhir, yakni wawancara
(Seleksi Substantif). Nah, kira-kira apa saja yang ditanyakan saat seleksi substantif?
Berikut ulasannya.
Saya mendapatkan jadwal ujian
pada siang hari, selepas istirahat siang sehingga pada hari H masih cukup waktu
untuk mempersiapkan tempat, materi, dan mental.
Tips pertama: “Persiapkan lokasi,
internet, materi dan mental dengan baik”
Tips kedua: “Baca peraturan dan
tata tertib ujian dengan baik”
Jangan sampai ujian kita gagal
hanya karena masalah teknis yang tidak penting.
Memasuki ruangan zoom yang telah
disediakan, pada waktu yang telah disediakan terdapat tiga orang pewawancara
dan satu akun panitia dalam Breakout Room
saya. Kebetulan sekali ketiga orang pewawancara saya adalah wanita. Satu
orang dari Kemenkeu, satu orang dari Akademisi, dan sepertinya satu orang
psikolog.
Salah satu dari pewawancara
membuka acara, memperkenalkan diri, dan menjelaskan mengenai prosedur dan tata
cara wawancara, semua dijelaskan dengan Bahasa Indonesia. Beliau juga
memperkenalkan panelis/pewawancara lain.
Setelah itu, beliau mempersilakan
salah satu pewawancara untuk memulai pertanyaan.
Pertanyaan pertama dilakukan oleh
Pewawancara pertama. Beliau menyebutkan nama, lalu mempersilakan saya
memperkenalkan diri dengan Bahasa Inggris, yang kemudian dilanjut dengan pertanyaan-pertanyaan
lanjutan.
Kurang lebih begini pertanyaan-pertanyaannya:
Can you please introduce yourself and tell us about your background?
Tips saya untuk menjawab
pertanyaan ini, cukup dengan memperkenalkan diri sesuai Motivation Letter yang
telah kita isi, mulai dari nama, usia, pekerjaan, institusi, dan posisi saat
ini, background pendidikan S1 dan S2,
serta tempat tinggal. Apabila mau memperkenalkan status marriage juga boleh, tapi kalo tidak kita sampaikan juga tidak
apa-apa karena nanti akan ditanyakan.
Pertanyaan berikutnya, masih
menggunakan Bahasa Inggris dan ditanyakan
mengenai alasan mengenai:
Tujuan melanjutkan pendidikan (S3) apa?
Apa urgensinya mengambil pendidikan lanjutan (S3) bagi instansi anda?
Apa kampus yang akan dituju untuk pendidikan?
Dari negara mana? Mengapa negara itu?
Apakah telah melakukan korespondensi dengan profesor calon supervisor di kampus tujuan? Bagaimana respon dari calon supervisor?
Apakah akan membawa keluarga? Mengapa? Apakah tidak mengganggu kalau dibawa?
Istri kerja atau tidak? Bagaimana kalo kerja di Indonesia?
Rencana kontribusi yang akan dilakukan terhadap instansi dan juga bagi Indonesia setelah lulus?
Apa persiapan yang telah dilakukan sebelum kuliah?
Apakah pernah menulis jurnal? Apabila belum ada, apakah nanti bisa menyesuaikan dengan kehidupan S3 karena akan banyak menulis?
Bagian interview berikutnya
ternyata disuruh untuk berganti dengan Bahasa Indonesia saja. Hal tersebut
disampaikan oleh salah satu pewawancara: “Untuk interview dengan Bahasa Inggris
cukup sampai di sini saja, berikutnya boleh dilanjutkan dengan Bahasa
Indonesia.” Enak bukan?
Pertanyaan berikutnya oleh
Pewawancara kedua, beliau menanyakan mengenai riset yang akan dilakukan. Hal
tersebut tentu saja sesuai dengan isian formulir yang sudah kita submit saat mengisi kelengkapan
administrasi. Pertanyaannya sangat sederhana, yakni:
Apa rencana riset Anda? Tentang apa? Di mana?
Apa urgensinya dilakukan riset itu?
Pertanyaan-pertanyaan berikutnya
tentu saja dinamis, sangat tergantung dari bahasan yang disampaikan oleh
pewawancara mengenai isi riset kita. Saat saya diwawancara ada juga statement yang berupaya menggoyahkan
pendapat kita, misalnya:
Mengapa topik itu dipilih? Apa gap dalam literature yang ingin anda isi? Saya coba mencari bahasan mengenai topik anda, dan sudah ada kok yang membahas topik tersebut.
Pertanyaan ini mungkin sepertinya
susah dijawab dan memang perlu persiapan matang untuk menjawab kedua hal
tersebut. Terkait gap yang ingin kita
isi dalam literature memang sudah seharusnya kita identifikasi jauh-jauh hari
dan kita tuliskan dalam proposal penelitian kita. Gap itu yang membuat penelitian kita menjadi unik dan memberikan
kontribusi dalam literature. Mengenai pernyataan pewawancara bahwa telah ada
yang membahas topik tersebut, langsung saya benarkan. Saya pun telah membaca
penelitian yang disebutkan oleh pewawancara tersebut. Nah, karena saya tahu benar isi penelitian yang
disampaikannya, maka dengan mudah bisa saya jawab karena isi penelitian saya
berbeda dari yang disebutkan dan memang yang ingin saya teliti belum ada yang
spesifik sama apabila dicek dalam pencarian literature.
Selesai dari ini, ternyata
cecaran pewawancara ini masih terus berlanjut dan mencoba menggoyahkan maksud
kita. Seperti kalimat-kalimat seperti berikut:
Kalo tidak salah, pekerjaan Anda kan sangat teknis sekali ya? Mengapa ingin lanjut ke S3? Sepertinya lebih pas jika mengambil beasiswa training saja yang disediakan LPDP kan ada?
Wah mengejutkan sekali pertanyaan
seperti ini. Tips menjawab pertanyaan killer model begini harus punya senjata
khusus, misalkan “kebutuhan institusi Saya atas pegawai dengan pendidikan S3
belum mencukupi. Rencana Human Capital
Development Plan adalah sebanyak sekian orang, dan baru terisi sekian.
Sehingga saya ingin mengisi gap tersebut.”
Nah untuk bisa menjawab seperti
ini, kita juga harus memahami institusi kita sendiri. Saya telah mempersiapkan
dengan membaca-baca Rencana Strategis (Renstra) instansi sehingga cukup tahu
mengenai kebutuhan pengembangan SDM kantor.
Pertanyaan berikutnya:
Apa relevansi jurusan S3 Anda dengan tujuan karir setelah selesai?
Kampus yang dipilih mahal biaya pendidikannya. Apakah ini woth the money yang dikeluarkan oleh LPDP? Apa yang akan Anda berikan sehingga uang negara yang keluar bisa worth it?
Rencana setelah kembali dari kuliah mau seperti apa?
Pertanyaan dari pewawancara kedua
sudah dicukupkan di sini, agak berat memang di panelis kedua ini. Sepertinya
pewawancara kedua adalah aktor utama.
Berikutnya adalah pewawancara
ketiga, dan ini panelis terakhir. Materi yang ditanyakan adalah:
Apakah perubahan yang pernah Anda lakukan ditempat kerja? Sekecil apapun itu.
Apa hal terberat yang pernah Anda alami? Bagaimana Anda melewatinya?
Bisa lah ya menjawab kedua
pertanyaan tersebut?
Kedua pertanyaan tersebut
mengakhiri ujian wawancara hari ini. Cukup melelahkan dan bikin mulut kering
juga. Jangan lupa bawa botol minum, ini diperbolehkan kok.
Berikutnya adalah penutupan oleh
pewawancara pertama, beliau juga menyampaikan kapan jadwal pengumuman.
Tips saya setelah selesai
wawancara, jangan lupa ucapkan banyak terima kasih karena para pewawancara
telah bersedia menguji kita.
Kalau ada yang ingin ditanyakan,
silakan tuliskan di bawah ya. Nanti akan diusahakan dijawab. Bagi yang akan
menjalani ujian wawancara beasiswa semoga dimudahkan ya dan semoga berhasil!
Salam,
frochadi
Leave a Comment