Mencontoh Praktek Hemat Energi dari Negeri Paman Sam

Ada hal-hal menarik yang saya dapatkan semenjak saya menginjakkan kaki di Amerika Serikat ini, terutama isu-isu terkait dengan lingkungan. Si negeri adidaya ini adalah salah satu negara pengguna energi terbanyak di dunia. Negeri Paman Sam ini mengonsumsi hampir 26% dari energi di dunia, dan pertumbuhan kebutuhan energi per tahunnya mencapai 3% (Chelseagreen.com). Menurut data the World Bank, penggunaan energi per kapita AS pada tahun 2011 mencapai 7.032 (besar penduduk AS kurang lebih 340 juta), bandingkan dengan Indonesia yang hanya 857 (populasi penduduk Indonesia kurang lebih 230 juta). Bayangkan betapa borosnya penggunaan energi mereka selama ini. Oleh karena itu akhir-akhir ini pemerintah AS mulai gencar melakukan kampanye program hemat energi.

Secara umum, masyarakat disini memang sudah cukup teredukasi dengan baik. Mungkin karena tingkat pendidikan masyarakatnya sudah tinggi, dan juga sejak dini mereka diajarkan untuk hemat energi dan bisa melestarikan lingkungan, pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat mulai sadar bahwa penghematan energi adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Berikut saya share hal-hal terkait pelestarian lingkungan di sekitar lingkungan neighborhood dan kota tempat saya tinggal di Chicago.


1.Berbelanja
Hampir setiap minggu saya selalu berbelanja ke Fresh Market terdekat untuk membeli kebutuhan sehari-hari, sayuran, susu, snacks, dan buah. Yang menarik dari sini adalah, pertama: Ketika membayar di kasir, si petugas akan menanyakan terlebih dahulu: “ Apakah anda mau tas plastik atau tas kertas?”. Biasanya saya sih menolak keduanya karena saya biasa berbelanja dengan membawa tas belanja yang bisa dipakai berulang kali, ataupun tas belanja kertas yang juga bisa dipakai beberapa kali. Kalaupun diberikan tas plastik, ternyata tas tersebut bisa di recycle, jadi tidak menyebabkan pencemaran pada tanah.

Foto bak-bak sampah di gang samping apartemen
2.Membuang sampah
Sampah dianggap hal yang sangat penting disini karena berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan kebersihan lingkungan. Untuk itu, disetiap sudut gang perumahan disediakan kotak-kotak tempat sampah yang dimiliki oleh masing-masing apartemen. Karena setiap apartemen memiliki tempat sampahnya sendiri, maka membuang sampah ke kotak sampah milik tetangga tentu tidak dibenarkan. Kotak sampah yang disediakan pun dibedakan antara sampah organic dan sampah non organic yang bisa didaur ulang seperti plastik, kertas, besi, dan gelas. Di dalam apartemen pun kotak sampah sudah dibedakan sehingga mudah untuk membuangnya sesuai dengan jenisnya. Karena hal itulah lingkungan disini sangat asri dan nyaman, jarang sekali ditemukan sampah berserakan. Bahkan untuk daun-daun yang berguguran di musim gugur, pemerintah juga menggunakan mesin pembersih yang digunakan untuk menyapu jalanan di kota.

3.Menge-print bahan kuliah
Waktu pertama kali saya mendapatkan email dari kampus, ada satu hal yang sangat menyentuh, yakni ada satu kalimat disetiap akhir dari isi email yang berisi: “Consider environment if you want to print out this email”. Dari sini saya bisa tahu bahwa mereka sangat concern dengan isu lingkungan. Hanya email berisi berita yang dianggap sangat penting saja yang sebaiknya di print out. Pun begitu dengan ketika saya menge-print makalah atau artikel apapun di perpustakaan atau gedung jurusan. Printer akan men-suggest mahasiswa untuk menge-print bolak-balik atau dua halaman mater dalam satu halaman kertas agar lebih menghemat kertas. Kertas-kertas yang tidak terpakai di perpustakaan pun disediakan kotak sampah khusus kertas saja untuk didaur ulang.

Foto sepeda Divvy di kampus UIC
4.Bepergian dengan transportasi umum
Sangat berbeda dengan di Indonesia, transportasi umum disini sangat bagus dan didesain demi kenyamanan para penggunanya. Mayoritas orang apabila ingin bepergian ke pusat kota akan lebih memilih tansportasi umum seperti subway ataupun bus kota. Btw, disini tidak ada angkot atau bus kota yang dioperasikan oleh swasta. Transportasi massal semuanya dijalankan oleh organisasi milik pemerintah. Orang yang memiliki mobil tidak malu untuk menggunakan kendaraan umum karena bisa menjangkau setiap jengkal kota dan juga cukup murah dibandingkan jika mereka menggunakan mobil pribadi. Dosen-dosen saya saja pada banyak yang menggunakan kereta. Saya pernah memergoki dosen berlari-lari mengejar kereta yang sudah mau datang. Sangat mengagumkan.Tarif parkir disini cukup mahal, apalagi di downtown. Saya pernah melihat ada papan tulisan yang menyatakan bahwa satu jam pertama, tarif parkir adalah USD8,00 atau kurang lebih Rp88.000,00, harga yang sangat-sangat mahal. Tarif parkir memang sengaja diseting mahal dengan tujuan masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang pada akhirnya akan mengurangi penggunaan bahan bakar, mengurangi polusi udara, dan juga mencegah macet yang tentunya berimbas pada pemborosan energi. Harga bensin pun tidak semurah di Indonesia, meskipun dibandingkan dengan negara-negara maju seperti di Eropa, harga bahan bakar di AS termasuk murah. Pada saat tulisan ini dibuat, satu gallon (setara 3,78 liter) bensin kualitas standar dihargai USD 3.5 Atau sekitar. Rp38,500.00 atau sekitar 10 ribu rupiah per liter, sementara untuk bensin dengan kulitas lebih baik kurang lebih berharga USD 3.8. Selain itu, kota Chicago juga mempromosikan kegiatan bepergian bersepeda. Sepeda ini dimiliki oleh the Chicago Department of Transportation (CDOT) dan diperuntukkan bagi masyarakat Chicago atau pendatang yang ingin berkeliling kota maupun untuk kegiatan sehari-hari dengan efektif dan efisien. Hampir disetiap sudut kota dapat ditemukan sepeda umum (namanya adalah sepeda Divvy) yang bisa disewa kurang lebih USD 7 per jam atau hanya USD 70 per tahun. Selain itu di jalan-jalan umum sudah dibuatkan bike lane dan juga rak untuk mengunci sepeda untuk kenyamanan dan keamanan para pengendara sepeda yang belakangan ini semakin popular.

Foto kota disekitar Chicago River
5.Green building
Chicago adalah kota terbesar nomer tiga di Amerika Serikat, oleh karena itu tentu saja disini terdapat begitu banyak skyscrapers. Gedung bertingkat membutuhkan begitu banyak energi untuk mengoperasikannya, seperti listrik, air. Meskipun demikian, gedung-gedung di Chicago banyak yang berorientasi ramah lingkungan. Gedung dengan banyak kaca dapat mengurangi penggunaan listrik sehingga membuatnya hemat energi. The City of Chicago bahkan membuat peraturan terkait pembangunan gedung-gedung pencakar langit dan juga rumah. Mereka ingin agar para developer membangun gedung yang berwawasan ramah lingkungan. Berbagai program mereka luncurkan untuk mencapai goal seperti City Hall rooftop garden dan juga green roof.

Hal-hal tersebut sangatlah membekas di hati, dan saya pun seringkali berpikiran mengapa orang-orang di Indonesia tidak melakukan hal yang sama. Apalagi kalau teringat kotornya sungai-sungai di Jakarta dan kota-kota besar lain, mampetnya got-got karena sampah, dan juga minimnya kesadaran masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Lebih parah lagi dengan kemacetan di Jakarta yang belum bisa diatasi hingga kini, betapa besar polusi udara yang disebabkan karena asap kendaraan dan juga pemborosan bahan bakar. Bahkan masyarakat kita yang tergolong mampu pun sepertinya belum seluruhnya memiliki perilaku berorientasi terhadap lingkungan, mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi meskipun tahu kondisi kemacetan dijalan. Penyebabnya kemungkinan besar karena transportasi umum kita yang kurang baik atau karena gengsi. Kita semua tahu bahwa pemerintah sedang bekerja keras untuk memperbaiki sistem transportasi umum agar layak dan nyaman untuk semua kalangan, hendaknya masyarakat pun ikut menyukseskan program tersebut.

Butuh lebih banyak sosialisasi yang perlu dilakukan oleh segala lapisan masyarakat, baik itu pemerintah, swasta, maupun organisasi non-profit seperti WWF agar bisa mengedukasi masyarakat dengan baik. Begitu juga dengan individual-individual yang sudah memiliki kesadaran lingkungan yang baik hendaknya turut mengajak orang-orang terdekatnya agar peduli dengan lingkungan. Hal kecil yang bisa saya lakukan contohnya ya dengan menulis blog ini. Saya harap banyak yang bisa membaca dan kemudian bisa mencontoh hal-hal yang saya temukan di Amerika Serikat dan kemudian bisa mulai dipraktekkan di Indonesia.

Chicago, 25 Maret 2014.
Salam,

frochadi

2 comments:

Powered by Blogger.