Resensi dan Review Buku Hidup Sederhana Desi Anwar
Judul :
Hidup Sederhana
Pengarang :
Desi Anwar
Penerbit :
Gramedia
Pustaka Utama
ISBN :
9786020306209
Tahun terbit :
17 Agt 2014
Jml Halaman :
288 lembar
Harga :
Rp98.000,00 (Soft Cover)
Resensi
Saya
agak terkecoh membaca judul buku ini yang menyajikan judul “Hidup Sederhana.”
Saya kira pada awalnya buku ini mengajarkan bagaimana kita hidup sederhana,
dalam artian ekonomi misalkan makan cukup pakai tahu tempe, memakai gawai cukup
handphone yang bisa untuk menelpon dan sms, dan tips hidup sederhana lain
menyesuaikan kondisi keuangan kita. Ternyata perkiraan saya salah besar. Buku
ini berbeda, sangat jauh berbeda. Saya sempat sedikit kecewa saat sekilas
menyibak halaman-halamannya, sampai akhirnya saya mulai membaca satu per satu essay yang ditulis oleh Desi Anwar, dan
ternyata luar biasa suatu tulisan yang membuat kita menemukan diri kita
sendiri.
Buku Hidup Sederhana yang ditulis Desi Anwar menawarkan berbagai macam cara bagaimana kita agar bisa menikmati hidup yang ternyata perlu cara sederhana, tidak perlu susah-susah. Ada 53 tulisan pendek yang merupakan pengalaman dan hasil renungan hidup Desi Anwar. Desi menceritakan kehidupannya dengan lugas, pengalamannya tinggal di luar negeri cukup mempengaruhi karakternya hingga dewasa.
Banyak essay yang menurut saya cukup menarik, diantaranya dengan judul Keyakinan, dimana Desi menyatakan bahwa keyakinan seringkali didapatkan oleh seseorang karena warisan dari orang tua, atau seseorang memiliki keyakinan karena dia berada dalam suatu lingkungan mayoritas yang membuat seseorang tetap stick on his/her belief karena adanya pressure. Dari perspektif penganut keyakinan, menurut saya berada dalam suatu lingkungan dengan keyakinan mayoritas dapat memperkuat keyakinan seseorang karena setiap hari berada dalam lingkungan yang supportive dengan yang diyakini. Lebih lanjut Desi mengkritisi bahwa keyakinan dapat luntur, karena banyak hal, diantaranya pengetahuan. Essay lain yang bagus menurut saya yang berjudul Kebebasan, dimana Desi mengungkapkan bahwa sebenarnya kebebasan adalah pilihan. Seseorang bebas memilih untuk setiap hal, misalkan bebas memilih untuk berada dalam tekanan pekerjaan atau justru melepaskan pressure pekerjaan dan menjalaninya dengan lebih relaxed. Dia juga mengerti dan menghargai orang-orang yang dengan kebebasannya memilih untuk berada dalam tekanan-tekanan pekerjaan maupun sumber stress lain.
Review
Ada
beberapa kelebihan dan kekurangan dari Buku ini menurut pendapat saya sebagai
pembaca, yakni sebagai berikut:
(+) Kelebihan:
Buku ini ditulis dengan Bahasa yang lugas, apa
adanya, sehingga sangat mudah dicerna oleh siapa saja. Tulisan-tulisan yang
merupakan hasil kontemplasi Desi Anwar ternyata membuka pikiran saya tentang
bagaimana kita bisa menikmati hidup dengan mudah. Tulisan-tulisannya banyak
mengingatkan diri kita sendiri untuk tidak lupa bahagia. Seringkali kita sibuk
dengan segala hal setiap harinya sampai membuat kita merasa stress dan kurang
bisa menikmati kehidupan, mensyukuri hal-hal kecil yang ada.
(-) Kekurangan:
·
Buku ini banyak dihiasi dengan gambar yang
merupakan hasil fotografi Desi Anwar, yang diselipkan pada tiap essay-nya. Foto-fotonya sangat menarik
karena merupakan hasil perburuan Desi saat melakukan perjalanan baik itu tugas
maupun liburan. Namun begitu, menurut saya beberapa foto agak kurang sinkron
dan menggambarkan isi dari essay yang
ditulis. Mungkin memang sengaja dibuat seperti itu, asalkan setiap essay ada fotonya, namun bagi saya
pribadi sepertinya foto yang selaras dengan isi essay akan semakin membuat pembaca menjiwai pesan dari tulisan yang
disampaikan melalui visualisasi foto yang ditampilkan;
·
Narasi yang ditulis sangat baik, tidak heran
karena Desi adalah jurnalis senior. Namun, membacanya saya seperti sedang
membaca berita, ada sesuatu yang kurang. Mungkin kurang penggunaan metafora dan
majas-majas. Ah, tentu saja, Desi bukan seniman atau budayawan.
Buku ini cocok dibaca
bagi siapapun, terutama kita-kita yang mungkin sering merasa jenuh, suntuk
dengan kesibukan kita setiap harinya.
Salam,
frochadi
Leave a Comment