Menunggumu (Mini Prosa)



Hari pertama,

Kereta berhenti, semua penumpang beranjak dari gerbong, berbaris rapi, aku tersenyum menunggumu. Kulihat engkau disana, ya, itu benar-benar seperti engkau. Begitu merindu diriku menunggu kedatanganmu. Hatiku girang bukan buatan, aku berlari kecil menuju gerbong tempat dimana biasa engkau duduk, aku masih sangat hafal

Hari  kedua,

Kereta senja berderai-derai memasuki koridor stasiun harapan,nampak begitu gagah masinis dalam lokomotif hitam yg berasap tebal. Ah itu keretamu,pasti itu,aku sangat hafal seperti biasa kuantar engkau berangkat dan kembali kala itu. Aku begitu yakin engkau kan datang malam ini, telah berminggu aku menunggu ,waktu demi waktu. Menunggumu aku khusyuk, tak pernah kuberbincang, tak sempatku menengok bintang, awan tiada kuacuhkan, aku membatu dalam kesunyian. Selalu kunantikan dewi malam, ia lah kawanku ketika menunggumu begitu sabar dan ramah ia tersenyum setiap melihatku datang ke stasiun harapan. Ah,pagi kembali datang,tak bisa lagi menunggu setelah ini,aku pun pergi untuk kembali senja nanti

Hari ketiga,

Aku terlelap setengah malam, dalam stasiun tanpa kawan, bersendirian, meskipun menunggumu membosankan,tetap rela kulakukan. Inikah kereta yang kutunggu? ia berhenti namun tak ada dirimu,kususuri setiap gerbong tak jua kulihat engkau disitu. Kusapa meja dan kursi, mereka tak bersahutan, kusapa penjaga, ia diam tak berbalas, kusapa seorang ibu, hanya ia diam membisu. Aku yang sendiri namun tak sendirian, berada dlm stasiun yang tak sepi,namun hatiku sunyi, aku menunggu dirimu,lekaslah kembali. 

Hari keempat,

Kulihat Surya menjelang tenggelam,bergegas kukayuh sepedaku,menuju stasiun harapan, kembali menunggumu bersama kereta itu. Oh Tuhan,subuh telah menjelang,aku harus pergi,keretakku tak jua kembali sekiranya cukup aku menunggu malam ini. Telah kuimpikan saat-saat itu, dimana tiada lagi menunggu, ketika semua menjadi satu, menjadi nyata. Menunggu kereta terakhir malam ini,kereta yg membawa separuh hatiku yg telah lama pergi. Disudut stasiun kereta aku menunggumu, seusai maghrib hingga menjelang fajar

-------------------------
Tulisan lama saat masih di Bengkulu. Waktu itu adalah utas di Twitter dengan hashtag #menunggumu. Sudah lupa mengapa dulu menulis prosa ini.

No comments

Powered by Blogger.